Ketahanan Pangan Nasional Terjaga, Swasembada Bukan Lagi Wacana Tapi Kenyataan
JAKARTA – Ketahanan pangan nasional terus terjaga berkat program pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yakni swasembada pangan yang kini bukan lagi hanya sekadar wacana saja, melainkan sudah menjadi kenyataan.
Tidak tanggung-tanggung, bahkan berkat program tersebut, menjadikan produksi beras dalam negeri mampu menunjukkan tren positif dengan proyeksi surplus hingga sebanyak 2,8 juta ton pada Juli 2025 menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Surplus tersebut jelas semakin mempertegas bagaimana capaian pemerintah dalam menjamin ketersediaan pangan dan sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor.
Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan bahwa kemandirian pangan sejatinya merupakan bagian dari tujuan kemerdekaan.
“Negara kita harus bisa berdiri di atas kaki kita sendiri. Negara kita harus berdaulat secara ekonomi, dan mampu memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri,” kata Presiden dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR.
Ia menekankan, pemerintah bekerja keras membuka jutaan hektare sawah baru, menyalurkan pupuk langsung ke petani, hingga meningkatkan harga beli gabah menjadi Rp6.500 per kilogram.
“Hari ini kita surplus produksi beras. Stok cadangan beras nasional kita lebih dari 4 juta ton. Ini tertinggi sepanjang sejarah NKRI,” tegasnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa capaian tersebut mempercepat target swasembada pangan.
“Insyaallah, tahun ini kita bisa merebut swasembada pangan,” ujarnya.
Ia menambahkan, dukungan Presiden dan kerja keras petani telah menghasilkan surplus beras hingga 4,86 juta ton per September 2025. Stok di Perum Bulog pun menembus 4,2 juta ton.
“Artinya, petani Indonesia tidak hanya menyejahterakan bangsanya sendiri, tetapi juga ikut menjaga stabilitas pangan global,” jelasnya.
Akademisi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Rio Johan Putra, menilai swasembada pangan merupakan strategi survival negara.
Menurutnya, langkah konkret pemerintah tampak dari harga gabah yang stabil, program makanan bergizi gratis, hingga pengawasan distribusi pangan oleh aparat.
“Sinergi antara pemerintah, aparat, dan masyarakat menjadi kunci agar hasil program benar-benar dirasakan rakyat,” kata Rio.
Ia menambahkan, modernisasi teknologi, insentif petani, dan peran generasi muda menjadi faktor penting agar swasembada berjalan berkelanjutan.
Ketahanan pangan terbukti tidak hanya menjaga dapur rakyat tetap berasap, tetapi juga memperkuat stabilitas sosial, ekonomi, hingga politik nasional.
Dengan capaian tersebut, swasembada pangan kini telah menjelma sebagai kenyataan yang mengokohkan kedaulatan bangsa. (*)
Leave a Reply