Program Makan Bergizi Gratis Menciptakan Pasar Baru, Menumbuhkan Perekonomian Nasional

Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah bukan hanya menjadi langkah strategis dalam meningkatkan status gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga menciptakan pasar baru yang mampu menumbuhkan perekonomian nasional secara signifikan.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa pelaksanaan MBG memiliki peran vital dalam mendorong permintaan pasar, khususnya untuk produk pangan lokal. Dengan menjadi pembeli utama hasil produksi nasional, program ini membuka jalur distribusi yang luas dan berkelanjutan dari petani ke konsumen akhir.

Dengan pendekatan berbasis komunitas dan produk lokal, MBG diposisikan sebagai penggerak utama dalam memperkuat ekosistem produksi dan distribusi pangan domestik. Rantai pasok ini mempertemukan petani, pelaku UMKM, penyedia layanan gizi, serta sistem logistik dan transportasi lokal.

Dadan juga menyebut bahwa MBG diprediksi menciptakan efek domino positif dalam sektor ekonomi secara luas. Ketersediaan permintaan yang konsisten akan meningkatkan kapasitas produksi, memperluas lapangan kerja, dan memperkuat kewirausahaan di berbagai daerah.

Lebih jauh, program ini juga menjadi bentuk nyata intervensi negara untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sejak dini. Pemenuhan gizi optimal di usia pertumbuhan dinilai sebagai langkah awal dalam menciptakan generasi unggul yang siap bersaing di masa depan.

Dadan menegaskan bahwa MBG tidak hanya soal makanan bergizi, tetapi investasi jangka panjang untuk pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif.

Sebelumnya, dalam acara Sarasehan Ekonomi Nasional yang berlangsung Selasa (8/4), BGN mengumumkan target ambisius untuk menyerap anggaran sebesar Rp1 triliun per hari pada November 2025. Dana ini dialokasikan guna melayani 82,9 juta penerima manfaat MBG melalui 32 ribu Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG).

Secara bertahap, program ini akan diperluas mulai Agustus 2025 dengan 7.000 SPPG dan anggaran Rp7 triliun per bulan. Kemudian pada September 2025, program dijadwalkan menjangkau 42 juta penerima manfaat dengan serapan APBN sebesar Rp14 triliun per bulan. Pada Oktober 2025, jumlah penerima akan meningkat menjadi 66 juta orang dengan anggaran Rp21 triliun per bulan.

Sejak awal pelaksanaan pada 6 Januari 2025, sebanyak 191 SPPG telah melayani sekitar 3.000 penerima manfaat di setiap titik layanan. Masing-masing satuan menerima dana tahunan antara Rp8–10 miliar, yang 85 persen di antaranya digunakan untuk pembelian bahan baku makanan.

Menariknya, sekitar 95 persen bahan baku yang digunakan dalam MBG berasal dari produk pertanian lokal. Hal ini menunjukkan bahwa program ini tidak hanya berfungsi sebagai kebijakan gizi, melainkan juga sebagai motor penggerak ekonomi nasional berbasis produk dalam negeri.

Dengan keberpihakan pada produk lokal dan struktur ekonomi rakyat, MBG telah membuka peluang baru bagi petani, nelayan, peternak, pelaku UMKM, hingga sektor transportasi dan logistik. Perputaran ekonomi dari program ini menjangkau berbagai lini dan lapisan masyarakat.

Pemerintah berharap, MBG tidak hanya menjadi solusi atas tantangan gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga menjadi fondasi baru dalam pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Dengan menghubungkan aspek kesehatan dan ekonomi, MBG menjadi model integratif dalam kebijakan pembangunan nasional.